Cerdas dan Bijak Memahami Hipnosis Hiburan
Akhir-akhir ini saya sering mendapat pertanyaan yang bunyinya kurang lebih sebagai berikut: Pak, saya habis nonton acara hipnotis di tv. Itu benar nggak sih? Kok bisa ya orang dibikin tidur dan dikorek-korek rahasianya. Bisa dijelaskan cara melakukannya? Apa bpk juga mengajar hipnotis seperti yang di tv?”
Artikel ini saya tulis sebagai jawaban bagi para penonton acara hipnosis di layar kaca agar mampu cerdas dan bijak memahami hipnosis hiburan.
Hipnosis/hipnoterapi diterima sebagai cabang ilmu psikologi oleh American Psychological Association (APA) tahun 1960 dan adalah divisi ke 30 dari total 56 divisi yang ada di APA.
Ada lima cabang hipnosis yaitu stage hypnosis atau hipnosis untuk hiburan, clinical hypnosis/hypnotherapy yaitu aplikasi hipnosis dalam membantu mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi atau perilaku, anodyne awareness yaitu aplikasi hipnosis untuk anestesi, forensic hypnosis yaitu aplikasi hipnosis untuk penggalian data atau informasi dari pikiran bawah sadar seseorang, khususnya untuk penyidikan, dan experimental hypnosis yaitu aplikasi hipnosis untuk eksperimen.
Dari lima cabang hipnosis yang paling sering tampil di televisi, khususnya di Indonesia, adalah stage hypnosis atau hipnosis untuk hiburan atau pertunjukkan. Lima cabang hipnosis semuanya menggunakan kondisi hipnosis sebagai sarana melakukan “kerja”, namun masing-masing dengan proses yang berbeda. Untuk mampu menguasai setiap cabang hipnosis membutuhkan pelatihan yang spesifik. Dalam artikel ini saya khusus membahas mengenai hipnosis untuk hiburan.
Stage hypnotist atau lebih sering disebut sebagai hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis untuk hiburan. Dari pengamatan saya sejauh ini ada dua jenis hipnotis. Pertama, hipnotis yang benar-benar menguasai ilmu hipnosis dan menggunakan kondisi hipnosis sebagai sarana untuk melakukan pertunjukkan. Kedua, orang yang mengaku sebagai hipnotis dan menggunakan rekayasa dalam pertunjukkannya.
Sebelum menjelaskan cara kerja masing-masing hipnotis saya akan menerangkan terlebih dahulu beberapa hal penting sehingga Anda, pembaca, mendapat pemahaman yang benar dan jernih agar dapat mengerti uraian saya selanjutnya.
Apa itu kondisi hipnosis?
Ada banyak definisi hipnosis bergantung pada pakar yang mendefinisikannya. Berikut adalah beberapa di antaranya:
-hipnosis adalah altered state of consciousness (kondisi kesadaran yang meningkat)
-hipnosis adalah kondisi pikiran yang rileks
-hipnosis adalah kondisi pikiran yang reseptif
-hipnosis adalah kondisi pikiran yang fokus
- dll
Satu definisi yang saat ini diterima banyak kalangan adalah yang berasal dari Departemen Pendidikan Amerika, yang mendefinisikan hipnosis sebagai penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti tertentu.
Bagaimana caranya kita tahu apakah subjek berada dalam kondisi hipnosis?
Cara yang paling akurat adalah dengan melakukan pengukuran pola gelombang otak menggunakan mesin EEG. Namun tidak semua orang punya mesin EEG. Selain sulit mendapatkannya harganya juga cukup mahal.
Sebagai gantinya, kita bisa menggunakan beberapa indikator fisik dan atau mental untuk memastikan subjek telah masuk ke kondisi hipnosis.
Indikasi fisik yang menunjukkan subjek telah masuk kondisi hipnosis antara lain: REM (rapid eye movement) atau kelopak mata bergetar cepat, sering menelan ludah, produksi air mata meningkat, wajah menjadi pucat, otot wajah rileks dan datar, napas melambat, bicara menjadi (lebih) lambat atau pelan, bagian putih mata atau sclera berubah warna menjadi merah muda.
Sedangkan indikasi kondisi hipnosis secara mental antara lain: amnesia, halusinasi (visual,auditori,kinestetik, olfaktori, gustatori), munculnya Bagian Diri, abreaksi, dan distorsi waktu.
Sugestibilitas
Sugestibilitas adalah kepribadian hipnotik seseorang ya
Yang mudah kita amati adalah indikasi fisiknya. Indikasi subjek sudah masuk ke kondisi hipnosis, secara fisik, antara lain: REM (rapid eye movement) atau kelopak mata bergetar cepat, sering menelan ludah, produksi air mata meningkat, wajah menjadi pucat, otot wajah rileks dan datar, napas melambat, bicara menjadi (lebih) lambat atau pelan, dan bagian putih mata atau sclera berubah warna menjadi merah muda.
Saya sering mengamati subjek yang dihipnosis oleh hipnotis, di tv, dan dari pengamatan menggunakan indikasi fisik saya menyimpulkan subjek itu sama sekali tidak masuk kondisi hipnosis.
Dari mana saya sampai pada simpulan ini?
Berikut adalah indikasi yang menunjukkan subjek tidak masuk kondisi hipnosis:
- teknik induksi yang dilakukan, dari pengalaman klinis, tidak bisa membawa klien masuk kondisi deep trance. Ditambah lagi hipnotis tidak melakukan deepening untuk membawa subjek masuk kondisi hipnosis yang semakin dalam.
- tidak ada REM, mata klien sama sekali tidak bergetar.
- wajah subjek tetap normal, sama seperti sebelum “dihipnosis”.
- subjek sering mengernyitkan alis mata, seolah tegang atau sedang berpikir. Ini tidak mungkin bisa terjadi bila subjek tipe PS ini benar-benar telah masuk ke kondisi hipnosis yang dalam. Ingat, untuk bisa melakukan hipnosis hiburan, subjek perlu masuk kondisi hipnosis yang dalam. Dan dalam kondisi ini otot-otot wajahnya rileks dan tampak datar.
- subjek bicara dengan cepat. Orang dalam kondisi hipnosis cenderung bicara lebih lambat.
- subjek setelah menjawab, bisa mengoreksi jawaban yang ia anggap salah. Ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang dalam kondisi hipnosis yang dalam.
- subjek tidak literal. Saat ditanya, “Apakah boleh tahu mengenai ……..?”, subjek langsung bercerita panjang lebar. Padahal salah satu ciri hipnosis adalah sifat literal, yaitu pola pikir subjek kembali seperti anak kecil yang bila ditanya akan menjawab apa adanya sesuai pertanyaan, bukan menjawab berdasar simpulan. Bila ditanya, “Apakah boleh tahu mengenai…..?”, maka jawaban seharusnya adalah, “Boleh.”
- usai dihipnosis, saat buka mata, mata subjek sama sekali tidak ada perubahan warna. Yang umum terjadi, apalagi untuk subjek yang sugestif dan tipe physically suggestible, saat keluar dari kondisi hipnosis, sclera atau bagian putih mata akan berubah warna menjadi kemerahan atau merah mudah seperti baru bangun tidur.
Saat sedang menyelesaikan artikel ini saya sempat menyaksikan di salah satu televisi seorang subjek sedang diwawancarai oleh hipnotis. Hal-hal yang saya tulis di atas semuanya terjadi pada subjek. Ini adalah bukti bahwa apa yang ditampilkan di tv itu hanya rekayasa. Bahkan subjek sempat mengoreksi jawabannya dengan berkata, “Saat itu dia bilang ….eh.. aku yang bilang ….."
Apakah Hipnotis Sama Dengan Hipnoterapis?
Jawaban singkat, “Tidak sama.” Hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis untuk hiburan. Sedangkan hipnoterapis adalah orang yang melakukan terapi dengan atau dalam kondisi hipnosis untuk membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi atau perilaku. Kemampuan hipnotis berbeda dengan hipnoterapis. Apa yang disaksikan di tv, sekali lagi, hanya untuk hiburan, tidak bisa diaplikasikan untuk terapi.
karya Adi W. Gunawan
Akhir-akhir ini saya sering mendapat pertanyaan yang bunyinya kurang lebih sebagai berikut: Pak, saya habis nonton acara hipnotis di tv. Itu benar nggak sih? Kok bisa ya orang dibikin tidur dan dikorek-korek rahasianya. Bisa dijelaskan cara melakukannya? Apa bpk juga mengajar hipnotis seperti yang di tv?”
Artikel ini saya tulis sebagai jawaban bagi para penonton acara hipnosis di layar kaca agar mampu cerdas dan bijak memahami hipnosis hiburan.
Hipnosis/hipnoterapi diterima sebagai cabang ilmu psikologi oleh American Psychological Association (APA) tahun 1960 dan adalah divisi ke 30 dari total 56 divisi yang ada di APA.
Ada lima cabang hipnosis yaitu stage hypnosis atau hipnosis untuk hiburan, clinical hypnosis/hypnotherapy yaitu aplikasi hipnosis dalam membantu mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi atau perilaku, anodyne awareness yaitu aplikasi hipnosis untuk anestesi, forensic hypnosis yaitu aplikasi hipnosis untuk penggalian data atau informasi dari pikiran bawah sadar seseorang, khususnya untuk penyidikan, dan experimental hypnosis yaitu aplikasi hipnosis untuk eksperimen.
Dari lima cabang hipnosis yang paling sering tampil di televisi, khususnya di Indonesia, adalah stage hypnosis atau hipnosis untuk hiburan atau pertunjukkan. Lima cabang hipnosis semuanya menggunakan kondisi hipnosis sebagai sarana melakukan “kerja”, namun masing-masing dengan proses yang berbeda. Untuk mampu menguasai setiap cabang hipnosis membutuhkan pelatihan yang spesifik. Dalam artikel ini saya khusus membahas mengenai hipnosis untuk hiburan.
Stage hypnotist atau lebih sering disebut sebagai hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis untuk hiburan. Dari pengamatan saya sejauh ini ada dua jenis hipnotis. Pertama, hipnotis yang benar-benar menguasai ilmu hipnosis dan menggunakan kondisi hipnosis sebagai sarana untuk melakukan pertunjukkan. Kedua, orang yang mengaku sebagai hipnotis dan menggunakan rekayasa dalam pertunjukkannya.
Sebelum menjelaskan cara kerja masing-masing hipnotis saya akan menerangkan terlebih dahulu beberapa hal penting sehingga Anda, pembaca, mendapat pemahaman yang benar dan jernih agar dapat mengerti uraian saya selanjutnya.
Apa itu kondisi hipnosis?
Ada banyak definisi hipnosis bergantung pada pakar yang mendefinisikannya. Berikut adalah beberapa di antaranya:
-hipnosis adalah altered state of consciousness (kondisi kesadaran yang meningkat)
-hipnosis adalah kondisi pikiran yang rileks
-hipnosis adalah kondisi pikiran yang reseptif
-hipnosis adalah kondisi pikiran yang fokus
- dll
Satu definisi yang saat ini diterima banyak kalangan adalah yang berasal dari Departemen Pendidikan Amerika, yang mendefinisikan hipnosis sebagai penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti tertentu.
Bagaimana caranya kita tahu apakah subjek berada dalam kondisi hipnosis?
Cara yang paling akurat adalah dengan melakukan pengukuran pola gelombang otak menggunakan mesin EEG. Namun tidak semua orang punya mesin EEG. Selain sulit mendapatkannya harganya juga cukup mahal.
Sebagai gantinya, kita bisa menggunakan beberapa indikator fisik dan atau mental untuk memastikan subjek telah masuk ke kondisi hipnosis.
Indikasi fisik yang menunjukkan subjek telah masuk kondisi hipnosis antara lain: REM (rapid eye movement) atau kelopak mata bergetar cepat, sering menelan ludah, produksi air mata meningkat, wajah menjadi pucat, otot wajah rileks dan datar, napas melambat, bicara menjadi (lebih) lambat atau pelan, bagian putih mata atau sclera berubah warna menjadi merah muda.
Sedangkan indikasi kondisi hipnosis secara mental antara lain: amnesia, halusinasi (visual,auditori,kinestetik, olfaktori, gustatori), munculnya Bagian Diri, abreaksi, dan distorsi waktu.
Sugestibilitas
Sugestibilitas adalah kepribadian hipnotik seseorang ya
Yang mudah kita amati adalah indikasi fisiknya. Indikasi subjek sudah masuk ke kondisi hipnosis, secara fisik, antara lain: REM (rapid eye movement) atau kelopak mata bergetar cepat, sering menelan ludah, produksi air mata meningkat, wajah menjadi pucat, otot wajah rileks dan datar, napas melambat, bicara menjadi (lebih) lambat atau pelan, dan bagian putih mata atau sclera berubah warna menjadi merah muda.
Saya sering mengamati subjek yang dihipnosis oleh hipnotis, di tv, dan dari pengamatan menggunakan indikasi fisik saya menyimpulkan subjek itu sama sekali tidak masuk kondisi hipnosis.
Dari mana saya sampai pada simpulan ini?
Berikut adalah indikasi yang menunjukkan subjek tidak masuk kondisi hipnosis:
- teknik induksi yang dilakukan, dari pengalaman klinis, tidak bisa membawa klien masuk kondisi deep trance. Ditambah lagi hipnotis tidak melakukan deepening untuk membawa subjek masuk kondisi hipnosis yang semakin dalam.
- tidak ada REM, mata klien sama sekali tidak bergetar.
- wajah subjek tetap normal, sama seperti sebelum “dihipnosis”.
- subjek sering mengernyitkan alis mata, seolah tegang atau sedang berpikir. Ini tidak mungkin bisa terjadi bila subjek tipe PS ini benar-benar telah masuk ke kondisi hipnosis yang dalam. Ingat, untuk bisa melakukan hipnosis hiburan, subjek perlu masuk kondisi hipnosis yang dalam. Dan dalam kondisi ini otot-otot wajahnya rileks dan tampak datar.
- subjek bicara dengan cepat. Orang dalam kondisi hipnosis cenderung bicara lebih lambat.
- subjek setelah menjawab, bisa mengoreksi jawaban yang ia anggap salah. Ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang dalam kondisi hipnosis yang dalam.
- subjek tidak literal. Saat ditanya, “Apakah boleh tahu mengenai ……..?”, subjek langsung bercerita panjang lebar. Padahal salah satu ciri hipnosis adalah sifat literal, yaitu pola pikir subjek kembali seperti anak kecil yang bila ditanya akan menjawab apa adanya sesuai pertanyaan, bukan menjawab berdasar simpulan. Bila ditanya, “Apakah boleh tahu mengenai…..?”, maka jawaban seharusnya adalah, “Boleh.”
- usai dihipnosis, saat buka mata, mata subjek sama sekali tidak ada perubahan warna. Yang umum terjadi, apalagi untuk subjek yang sugestif dan tipe physically suggestible, saat keluar dari kondisi hipnosis, sclera atau bagian putih mata akan berubah warna menjadi kemerahan atau merah mudah seperti baru bangun tidur.
Saat sedang menyelesaikan artikel ini saya sempat menyaksikan di salah satu televisi seorang subjek sedang diwawancarai oleh hipnotis. Hal-hal yang saya tulis di atas semuanya terjadi pada subjek. Ini adalah bukti bahwa apa yang ditampilkan di tv itu hanya rekayasa. Bahkan subjek sempat mengoreksi jawabannya dengan berkata, “Saat itu dia bilang ….eh.. aku yang bilang ….."
Apakah Hipnotis Sama Dengan Hipnoterapis?
Jawaban singkat, “Tidak sama.” Hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis untuk hiburan. Sedangkan hipnoterapis adalah orang yang melakukan terapi dengan atau dalam kondisi hipnosis untuk membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi atau perilaku. Kemampuan hipnotis berbeda dengan hipnoterapis. Apa yang disaksikan di tv, sekali lagi, hanya untuk hiburan, tidak bisa diaplikasikan untuk terapi.
karya Adi W. Gunawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar